sejarah dan indah nya kota idonesia di seluruh penjuru dunia

Medan berawal dari kata bahasa Tamil Maidhan atau Maidhanam, yang bermakna tanah lega atau lokasi yang luas, yang selanjutnya teradopsi ke Bahasa Melayu.



Hari jadi Kota Medan diperingati setiap tahun semenjak tahun 1970 yang untuk awalnya diputuskan untuk tanggal 1 April 1909. Tanggal ini selanjutnya mendapatkan bantahan yang lumayan keras dari kelompok jurnalis serta beberapa pakar riwayat. Karenanya, Wali kota membuat panitia riwayat hari jadi Kota Medan untuk lakukan riset serta penyidikan. Surat Keputusan Wali kotamadya Kepala Wilayah Kotamadya Medan No. 342 tanggal 25 Mei 1971 yang saat itu dijabat oleh Drs. Sjoerkani membuat Panitia Periset Hari Jadi Kota Medan. Duduk selaku Ketua ialah Prof. Mahadi, SH, Sekretaris Syahruddin Siwan, MA, Anggotanya diantaranya Ny. Mariam Darus, SH serta T.Luckman, SH. Untuk lebih memaksimalkan aktivitas kepanitiaan ini dikeluarkan kembali Surat Keputusan Wali kotamadya Kepala Wilayah Kotamadya Medan No.618 tanggal 28 Oktober 1971 mengenai Pembangunan Panitia Penyusun Riwayat Kota Medan dengan Ketuanya Prof.Mahadi, SH, Sekretaris Syahruddin Siwan, MA serta Anggotanya H. Mohammad Said, Dada Meuraxa, Letkol. Nas Sebayang, Nasir Team Sutannaga, M.Solly Lubis, SH, Drs. Payung Bangun, MA serta R. Muslim Besar. DPRD Medan seutuhnya memberikan dukungan aktivitas kepanitiaan ini hingga merangkumun membuat Pansus dengan ketua M.A. Harahap, beranggotakan diantaranya Drs. Situs Judi Slot Terbaik Dan Terpercaya 2020  M.Hasan Ginting, Ny. Djanius Djamin SH., Badar Kamil, BA serta Mas Sutarjo.


Dalam buku The History of Medan tulisan Tengku Luckman Cahaya (1991), dituliskan jika menurut "Hikayat Aceh", Medan selaku dermaga sudah ada di tahun 1590, serta pernah dihancurkan sepanjang gempuran Sultan Aceh Alauddin Saidi Mukammil ke Raja Haru yang berkuasa di sana. Gempuran sama dilaksanakan Sultan Iskandar Muda tahun 1613, pada Kesultanan Deli. Semenjak akhir era ke-16, nama Haru beralih menjadi Ghuri, serta pada akhirnya di awal era ke-17 jadi Deli. Pertarungan tiada henti di antara Haru dengan Aceh menyebabkan warga Haru jauh menyusut. Selaku wilayah taklukan, banyak masyarakatnya yang dipindah ke Aceh untuk jadi karyawan kasar.


Kecuali dengan Aceh, Kerajaan Haru yang makmur ini terdaftar kerap terjebak pertarungan dengan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaka dan dengan kerajaan dari Jawa. Gempuran dari Pulau Jawa ini diantaranya terdaftar dalam kitab Pararaton yang diketahui dengan Ekspedisi Pamalayu. Dalam Negarakertagama, Mpu Prapanca tuliskan jika kecuali Pane (Panai), Majapahit mengalahkan Kampe (Kampai) serta Harw (Haru). Menyusutnya warga wilayah pantai timur Sumatra karena bermacam perang ini, lalu diikuti dengan mulai mengucurnya suku-suku dari daratan tinggi pedalaman turun ke pesisir pantai timur Sumatra. Suku Karo lakukan migrasi ke wilayah pantai Langkat, Serdang, serta Deli. Suku Simalungun ke wilayah pantai Batubara serta Asahan, dan suku Mandailing ke wilayah pantai Kualuh, Kota Pinang, Panai, serta Bilah.[10]


Dalam Kisah Bentangan Perak yang dokumen aslinya dicatat dalam huruf Karo untuk serangkaian bilah bambu, terdaftar Guru Patimpus, figur warga Karo, selaku orang yang pertamanya buka "dusun" yang dinamakan Medan. Tetapi, naskah asli Kisah Bentangan Perak yang ada dalam rumah Datuk Bentangan Perak paling akhir sudah hangus terbakar saat berlangsung "kekacauan sosial", persisnya tanggal 4 Maret 1946. Patimpus ialah anak Tuan Sang Raja Hita, pimpinan Karo yang tinggal di Daerah Minggu (Pakan). Dia menampik gantikan ayahnya serta semakin tertarik untuk ilmu dan pengetahuan serta mistik, hingga pada akhirnya diketahui selaku Guru Patimpus. Di antara tahun 1614-1630 Masehi, dia belajar agama Islam serta diislamkan oleh Datuk Kota Bangun, sesudah kalah dalam beradu kesaktian. Seterusnya Guru Patimpus menikah dengan adik Tarigan, pimpinan wilayah yang saat ini namanya Pulau Brayan serta buka Dusun Medan yang terdapat antara Sungai Babura serta Sungai Deli. Ia juga lalu pimpin dusun itu. [10]


Guru Patimpus Sembiring Pelawi di tahun 1590 selanjutnya dilihat selaku pembuka satu daerah yang namanya Medan Puteri meskipun benar-benar minim data mengenai Guru Patimpus selaku pendiri Kota Medan. Karena itu hari jadi diputuskan berdasar prediksi tanggal 1 Juli 1590 serta diusulkan ke Wali kota Medan untuk jadi selaku hari jadi Medan berbentuk perkampungan, yang selanjutnya dibawa ke Sidang DPRD Tk.II Medan untuk ditetapkan. Berdasar Sidang DPRD tanggal 10 Januari 1973 diputuskan jika saran itu bisa disempurnakan. Sesuai sidang DPRD, Wali kotamadya Kepala Wilayah Tingkat II Medan keluarkan Surat Keputusan No.74 tanggal 14 Februari 1973 supaya Panitia Penyusun Riwayat Kota Medan meneruskan kegiatannya untuk memperoleh hasil yang lebih prima. Berdasar perumusan yang dilaksanakan oleh Pansus Hari Jadi Kota Medan yang dipimpin oleh M.A.Harahap bulan Maret 1975 jika tanggal 1 Juli 1590. Dengan sah, Dewan Perwakilan Rakyat Wilayah Tk.II Medan memutuskan tanggal 1 Juli 1590 selaku Hari Jadi Kota Medan serta mengambil Hari Ulangi Tahun Kota Medan yang diperingati tanggal 1 April tiap tahunnya di saat awalnya.


Di Kota Medan jadi pusat Kesultanan Melayu Deli, yang awalnya ialah Kerajaan Aru. Kesultanan Deli ialah satu kesultanan Melayu yang dibangun di tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan di daerah namanya Tanah Deli (sekarang Kota Medan serta Kabupaten Deli Serdang, Indonesia).


John Anderson, orang Eropa asal Inggris yang berkunjung ke Deli di tahun 1833 mendapati satu daerah yang namanya Medan. Daerah ini dengan penduduk 200 orang serta seorang pimpinan namanya Raja Pulau Berayan telah semenjak sekian tahun menetap disitu untuk memikat pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Di tahun 1886, Medan dengan sah mendapatkan posisi selaku kota, serta tahun selanjutnya jadi ibukota Karesidenan Sumatra Timur sekalian ibukota Kesultanan Deli. Tahun 1909, Medan jadi kota yang utama di luar Jawa, khususnya sesudah pemerintahan penjajahan buka perusahaan perkebunan dengan besar. Dewan kota yang pertama kali terbagi dalam 12 anggota orang Eropa, 2 orang bumiputra Melayu, serta seorang Tionghoa.


Diakhir era ke-19 serta awalnya era ke-20 ada 2 gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama kali berbentuk kehadiran orang Tionghoa serta Jawa selaku kuli kontrak perkebunan. Tapi sesudah tahun 1880 perusahaan perkebunan stop datangkan orang Tionghoa, sebab beberapa dari mereka lari tinggalkan kebun serta kerap lakukan kekacauan. Perusahaan selanjutnya seutuhnya datangkan orang Jawa selaku kuli perkebunan. Beberapa orang Tionghoa sisa pekerja perkebunan selanjutnya didorong untuk meningkatkan bidang perdagangan. Gelombang ke-2 adalah kehadiran orang Minangkabau, Mandailing, serta Aceh. Mereka tiba ke Medan tidak untuk bekerja selaku pekerja perkebunan, tapi untuk berdagang, jadi guru, serta ulama.


Semenjak tahun 1950, Medan sudah seringkali lakukan pelebaran area, dari 1.853 ha jadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan begitu dalam tempo 25 tahun sesudah penyerahan kedaulatan, kota Medan sudah makin bertambah luas nyaris 8 belas kali lipat.

Postingan populer dari blog ini

Teachers want to know if they helped

However along with the HSR, traveling in between both metropolitan areas is actually only forty five moments however a one-way ticket currently sets you back 300,000 rupiah

When our experts acquire problems coming from the consumers our experts must apologise and also describe towards all of them that our experts are actually encountering a sprinkle scarcity